28 Oktober 2008

JARI TANGAN MANUSIA MERUPAKAN PERLAMBANG / SIMBOL KEAGAMAAN




Menurut Ilmu Hikmat (filsafat) isyarat bahwa jari tangan manusia adalah merupakan simbol keagaamaan (Islam)
  1. Pada setiap tangan manusia terdapat lima buah jari. Hal ini merupakan simbol atau perlambang dari Rukun Islam yang lima juga merupakan isyarat dengan Shalat Fardhu Lima Waktu.

  2. Pada jari kita terdapat ruas sebanyak 30, hal ini merupakan simbol bahwa Al Qur’an itu mempunyai 30 juz.

  3. Setiap telapak tangan kita terdapat garis yang berbentuk mirip dengan angka arab yaitu : = 18 dan = 81, bila kedua angka tersebut dijumlahkan totalnya 99, hal ini merupakan simbol dari Asma Allah Al Husna adalah 99 Nama.

  4. Ketika kita mengangkat tangan diangkat sejajar dengan kedua telinga. Hal ini merupakan bahwa Shalat Lima Waktu itu adalah sebanyak 17 raka’at.

Penjelasannya adalah : 10 jari kita dijumlahkan dengan 7 pintu yang terdapat dikepala kita, maka jumlahnya adalah sebnayak 17. tujuh pintu yang terdapat dikepala kita itu : dua mata, dua telinga, dua hidung dan satu mulut.

ALTERNATIF DIAM TAFAKKUR


Sabda Nabi SAW : “ Barangsiapa yang beriman kepada Allah SWT dan Hari Kiamat, maka hendaklah berkata yang baik atau (kalau tidak) diamlah” (HR. Bukhari)
Hadist tersebut menganjurkan kepada ummat yang beriman kepada Allah SWT dan Hari Akhir, agar berkata yang lembut dan sejuk dan bila tidak maka hendaklah diam, maksudnya janganlah bicara.

Dengan diam, kita belajar menyaring kata, menakar ucapan dan menyampaikan kata sesuai porsi dan keperluannya, dan sekiranya kita harus juga mengeluarkan kata-kata maka sebaiknya sederet kalimat yang kita ucapkan telah disaring menjadi sebuah ungkapan yang benar-benar berfaedah dan bermanfaat bagi sesama, begitu pula dalam bersenda gurau. Dengan cara ini, kita tidak hanya menjadi penutur yang baik, tapi juga pendengar yang baik.

Sebuah ungkapan “Lidah itu lebih tajam dari ujung pedang”, barangkali sebuah ujung pedang belumlah memadai untuk melukiskan betapa perihnya sebuah luka akibat tusukan lidah. Maklumlah karena lidah tidak bertulang, demikian ungkapan zaman baheula.

Begitulah betapa tutur kata yang keluar dari sepotong lidah bisa lebih menyakitkan ketimbang benda-benda tajam lainnya. Ia bukan sekedar sebaris kalimat yang meuncur dari mulut kita, lalu hilang begitu saja bersama angin.

Tetapi juga sederet makna dan pesan yang bisa ditangkap oleh setiap orang dengan segala tafsirnya, dan kemudian ia menyelinap kedalam sanubari sang pendengar. Dengan demikian ada yang mendengar menjadi terluka karena kata-kata yang kita sampaikan tetapi ada pula yang merasa dibahagiakan.

Persoalannya kita tidak tahu, apakah kata yang kita ucapkan itu menyakitkan atau meneduhkan. Kata-kata itu keluar begitu saja, entah dalam perbincangan sehari-hari, diskusi atau pun dalam sekedar senda gurau belaka.

Bagi kita yang bertutur mungkin tidak menjadi masalah namun belum tentu bagi orang yang mendengar. Bagi mereka, sejumlah kata yang melukai akan memiliki pengaruh yang luar biasa.
Mulai dari orang yang menerimanya dengan tangis, merasa terhina, rasa marah serta dendam hingga sampai kepada pembunuhan sekalipun.

Demikianlah bahwa kejahatan lidah lebih berbisa dari sekedar bisa ular dan ia bahkan menjadi tempat segala keburukan bermuara.

Oleh karena itu janganlah lengah soal lidah, sebab ia bagaikan seekor hewan yang buas dan berbahaya yang mangsa pertamanya adalah pemiliknya sendiri. Tutuplah pintu omonganmu sekuat-kuatnya dan jangan membukanya kecuali jika harus membukanya.

Maka dengan demikian kita bisa menjadi penutur yang baik dan jika tidak maka bersiaplah memasuki pintu neraka.


MANFAAT SEBUAH SENYUM



Seulas senyum dapat membuat kondisi hidup lebih fit dari biasanya. Fisik dan Rohani menusia merupakan satu kesatuan. Ketika seseorang mengalami emosi bahagia, gembira atau senang maka tubuhnya menghasilkan hormon serotonin.

Hormon ini bekerja mempengaruhi tubuh untuk bereaksi dengan memerintahkan otak menggerakkan otot-otot tertentu sehingga kita tersenyum, yang dalam bahasa Arab disebut dengan “tabassam”.

Kemudian bisa juga hormon tersebut memerintahkan kelenjar air mata sehingga kita menangis, melehkan air mata.

Dengan hanya tersenyum hormon yang sama juga dihasilkan. Perasaan senang cenderung meningkat setelah kita tersenyum walaupun tidak kita sadari.

Ritme hidup membutuhkan istirahat sejenak dan itu tidak membutuhkan biaya yang mahal dan waktu yang banyak.

Apa kiatnya?. Anda hanya perlu tersenyum untuk menolong tubuh anda, dengan senyum jantung anda lebih santai, syaraf akan mengendur dan rasa kecemasan anda berkurang. Dengan senyum anda membuat dunia lebih indah. Tambahan lagi senyum juga merupakan ibadah.

Hormon serotonin yang dilepaskan ketika kita merasa senang atau ketika kita tersenyum saja memiliki efek menenangkan bagi tubuh. Bahwa orang yang senang, cenderung rileks, santai dan fikiran lebih terbuka serta perasaan cemas pun hilang.

Sebenarnya fikiran adalah yang sangat kuat untuk mengendalikan tubuh. Bahwa keadaan mental anda ternyata memiliki hubungan langsung dengan kondisi tubuh.

Untuk meredam stres, anda harus lebih sering tertawa. Hal itu selain anda tampil lebih ceria, anda pun akan menjadi lebih sehat.

MENGAPA ANDA BERDO’A

Do’a adalah medium penting yang menghubungkan kita dengan Allah SWT. Kita kadang kala lalai berdo’a meskipun shalat lima waktu. Shalat sendiri secara bahasa memang berarti do’a.
Do’a itu penting karena juga menampilkan kekerdilan kita di Hadhirat Allah SWT. Tidak ada artinya semua yang kita dapatkan baik dalam bentuk ilmu pengetahuan, harta, wajah yang rupawan, kecerdasan yang melampaui batas dan sebagainya, jika kita tidak ditunjang oleh anugerah Allah SWT.

Berdo’a adalah ketidak berdayaan kita menghadapi segala sesuatu saat porak poranda dan compang campingnya zaman akhir. Kita selalu berdo’a agar kita diberi kekuatan menghadapi persoalan serta diberi kekuatan untuk mampu mengalahkannya atau setidaknya tidak ikut arus dalan kerusakan.

Berdo’a adalah ibadah sehingga kita tidak segan-segan selalu memohon ke Hadhirat Allah SWT karena ada pahalanya sendiri.

Berdo’a atau memohon kepada Allah SWT adalah sebaik permohonan. Bila seseorang hanya memohon kepada Allah SWT maka ia akan diberi sesuatu yang paling berharga disisi Allah SWT. Jika sesesorang selalu memohon kepada Allah SWT. Maka Allah SWT akan memberikannnya. Berbeda jika kita meminta kepada makhluk maka yang diminta akan bosan dan menolak memberi.

Berdo’a akan menjadikan kita percaya diri dan punya sandaran dalam kehidupan. Sandaran kita itu hanyalah Allah SWT. Melalui do’a kita bisa melampiaskan segala kekurangan kita kepada Allah SWT.

Berdo’a itu juga menyenangkan dan menenangkan fikiran. Ketika kita galau, kita bisa menyepi dan kemudian berdo’a kepada Allah SWT dengan segenap perasaan dan harapan.
Bedo’a itu mengadukan sesuatu kepad Allah SWT dan menjadikan-Nya sebagai sahabat untuk bisa memecahkan persoalan kita.

Berdo’a juga adalah cerminan bersyukur kepada Allah SWT atas anugerah yang diberikan kepada kita.

Dengan demikian semakin banyak berdo’a berarti semakin besar syukur kita kepada Allah SWT. Ini pula yang membedakan Allah SWT dengan manusia.

24 Oktober 2008

BERDO’ALAH, ALLAH AKAN MENGABULKAN


Bila mencari orang yang siap mendengar keluh kesah kita, mungkin hanya pihak-pihak tertentu seperti kerabat terdekat saja yang berkenan meluangkan waktunya untuk menemani kita.

Namun, jangan khawatir dan terus dirundung malang, Allah SWT adalah obyek pengaduan yang paling tepat disaat kita mengalami sesuatu jalan buntu.

Berdo’alah kepada Allah SWT, adukan semua persoalan, lakukan pada saat manusia sedang terlelap tidur ditengah malam seiring dengan shalat tahajud. Disaat seperti itulah do’a pengaduan kita akan langsung didengar oleh Alah SWT Yang Maha Segalanya.

Do’a yang kita lakukan dengan tulus dan hanya berharap kepada-Nya, maka Allah SWT akan mengabulkan permohonan tulus kita. Sebab segala urusan apapun berasal dari-Nya dan akan kembali kepada-Nya.

Dalam sebuah Hadist Nabi SAW disebutkan “Do’a adalah senjata orang beriman “ (HR Abu Ya’la).

Namun demikian, bukan berarti bahwa kita hanya berdo’a tanpa ada usaha dan kerja keras, sebab Allah SWT akan memberikan kepada manusia sesuai dengan kerja keras dan kadar kemampuan manusia, dengan kata lain, Allah SWT tetap akan memberikan sesuatu yang terbaik bagi seorang hamba-Nya.

Kalau ditelusuri kata do’a itu berasal dari bahasa Arab yaitu (Do’a, Yad’u, Dua-an) yang bermakna permohonan atau permintaan.

Kalau Allah SWT yang meminta kepada hamba-Nya itu bukan disebut do’a, tetapi perintah, begitu juga permohonan antar sesama manusia, tidak bisa disebut do’a.

Didalam Al Qur’an, istilah atau perkataan “do’a” disebutkan sebanyak 20 kali. Perkataan atau istilah do’a didalam Al Qur’an yang berati panggilan tercantum pada Surat Al Baqarah Ayat 171.



“ Dan perumpamaan (orang-orang yang menyeru) orang-orang kafir adalah seperti penggembala yang memanggil binatang yang tidak mendengar selain panggilan dan seruan saja. mereka tuli, bisu dan buta, Maka (oleh sebab itu) mereka tidak mengerti. “
Dan pada surat An Nur ayat 63

“ Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul diantara kamu seperti panggilan sebahagian kamu kepada sebahagian (yang lain). Sesungguhnya Allah Telah mengetahui orang-orang yang berangsur- angsur pergi di antara kamu dengan berlindung (kepada kawannya), Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih.”

Perkataan do’a yang berarti menyembah, kita temui pada Surat Yunus ayat 106 yang berarti permintaan

“ Dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi mudharat kepadamu selain Allah; sebab jika kamu berbuat (yang demikian), itu, Maka Sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang zalim".

Atau permohonan pada Surat Al Baqarah ayat 69


“ Mereka berkata: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar dia menerangkan kepada kami apa warnanya". Musa menjawab: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang kuning, yang kuning tua warnanya, lagi menyenangkan orang-orang yang memandangnya."


Adapun perkataan do’a yang digunakan oleh Fuqaha adalah pengertian yang bermakna permintaan atau permohonan yang dilakukan dari yang lebih rendah kepada yang lebih tinggi, yakni dari manusia sebagai hamba kepada Allah SWT sebagai Pencipta alam semesta.

Berdo’a merupakan aktivitas yang dianjurkan, baik sendiri maupun secara bersama-sama, yang demikian adalah menunjukkan bahwa manusia memerlukan pertolongan dari Allah SWT.

Cuma kita sering berbuat zalim dengan hanya memanfaatkan do’a sesuai dengan keinginan misalnya kita akan serius berdo’a pada saat diri kita mendapat musibah, tetapi kita akan lupa berdo’a atau berterima kasih pada saat diberi karunia dan nikmat yang begitu benyak justru seringkali berbuat lebih jauh yaitu bersikap takabbur, sombong dan hal senada dengan mengatakan bahwa semua nikmat dan karunia yang dimiliki adalah hasil jerih payah sendiri, tanpa campur tangan dari Allah SWT.

Sifat yang demikian hendaknya sepaya dihindari sehingga kita tetap waspada dan selalu berupaya untuk mendapat Ridho Allah SWT.

Dalam sebuah Hadist yang diriwayatkan oleh At Tirmizi bahwa Rasulullah SAW bersabda : “Ada tiga orang yang tidak ditolak do’a mereka, yaitu orang yang berpuasa sampai dia berbuka, seorang penguasa yang adil dan do’a orang yang teraniaya. Do’a mereka diangkat dan dibukakan baginya pintu langit, kemudian Allah SWT berfirman “ Demi keperkasaan-Ku, Aku akan menolongmu meskipun tidak segera”

Dalam Hadist yang lain disebutkan “Tiga macam do’a yang dikabulkan tanpa diragukan yaitu do’a orang yang dizhalimi, do’anya kedua orang tua (ibu bapak) dan do’a seorang yang sedang musafir (yaitu orang yang diriwayatkan untuk maksud dan tujuan baik).

Hadist ibi diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Abu Dawud.
Aktivitas berdo’a, selain dilakukan secara sendiri-sendiri, maka bisa pula dikerjakan secara bersama yang dipimpin oleh seorang yang dipercaya karena memiliki kemampuan keagamaan yang lebih dan biasa disebut Imam. Sang Imam membaca do’a dilakukan sementara jemaah mengucapkan kata “Amin: yang bermakna : Kabulkanlah permohonan kami ya Allah.
Ucapan aamiin tersebut dilakukan oleh jemaah berurutan hingga selesai do’a dibaca oleh imam.

Semoga kita semua termasuk bagian dari menusia yang selalu bersifat rendah hati dan memohon pertolongan hanya kepada Allah SWT. Amin.


ANTARA BAKTI DAN DURHAKA SEORANG ANAK

Orang tua berarti ayah dan ibu kandung ; jika ditarik lebih luas dapat pula diartikan orang lain yang dianggap tua, karena lahirnya lebih dulu dari kita.
Selain itu, orang tua juga bisa dimaksud dengan orang yang dihormati dan disegani di masyarakat, apapun profesinya.

Karena itulah kita mengenal istilah sesepuh masyarakat yaitu seorang tua yang menjadi panutan.


Dalam hal ini kita sempitkan saja makna otang tua yang telah lazim yaitu Ibu dan Ayah.
Bila bicara hubungan antara orang tua dengan anak, biasanya yang muncul dua hal yaitu berbakti dan durhaka.

Berbakti artinya berbuat baik, tunduk dan hormat kepada kedua orang tua yaitu ibu dan bapak. Misalnya seorang anak harus mengikuti perintah orang tuanya selama masih dalam batas yang diperbolehkan agama. Merawatnya, menyenangkan hati keduanya, membantu pekerjaannya adalah merupakan wujud berbakti.

Singkatnya, kita mesti dan harus baik selama orang tua, ibu dan bapak masih ada.
Disisi lain, durhaka adalah ingkar (tidak patuh dan taat) terhadap perintah dari orang tua.

Kita ambil : seorang anak menolak mengerjakan shalat wajib lima waktu, padahal orang tuanya menyuruhnya secara baik-baik.

Lain waktu kita sering mendengar berita bahwa seorang anak menyakiti hati orang tuanya, seperti anak yang memukul ibunya.

Maka jelas perbuatan yang demikian dilarang oleh agam Islam.

Demikianlah secara jernih sebagai seorang anak yang ingin meraih sebutan “anak yang shaleh” yang sekaligus mendapat ridho kedua orang tuanya yaitu ibu dan bapak dan Ridhi Allah SWt agar sejahtera dan bahagia hidup didunia dan akhirat, maka sedapat mungkin sebagai seorang anak, menghindari perilaku yang membuat orang tua menjadi sedih dan duka apalagi bila keduanya murka.







BERSIHKAN AQIDAH ANDA DARI BAHAYA SYIRIK

Tugas utama yang diemban oleh para Nabi dan Rasul Allah SWT ialah mengajarkan kepada semua umat manusia tentang Allah dan bagaimana Allah itu yang sebenarnya kemudian bagaimana manusia harus bersikap dan berbuat terhadapnya.
Maka begitulah pula tugas Muhammad sebagai penutup dari semua Nabi dan Rasul, Beliau ditugaskan oleh Allah SWT untuk melengkapi dan menyempurnakan ajaran semua Rasul yang telah diutus sebelumnya.

Selama 23 tahun Nabi Muhammad SAW telah menyampaikan misi dan visi syari’at Islam secara konseptual yaitu berupa Al Qur’an, kumpulan dari firman Allah SWT dan Al Hadist , kumpulan dari sabda Beliau, yang bertujuan dan bermuatan menyusun dan mengatur hidup dan kehidupan ummat manusia baik secara global maupun detail, untuk keselamatan dan kebahagiaan selama di dunia sampai ke alam akhirat kelak, yang dalam hal ini beliau sendiri telah memberikan contoh teladan dan teknis pelaksanaannya dalam keseharian.

Dalam waktu yang sangat jauh dan lama setelah Nabi Muhammad SAW wafat, ummat Islam yang hidup kemudian termasuk kita yang hidup sekarang, karena kurang antusias mempelajari, menelaah dan mangamalkan secara konsekwen dan konsisten terhadap misi dan visi yang telah disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW yaitu ajaran syari’at Islam yang murni, yang petunjuk pelaksanaannya dari Allah SWT dan Rasul-Nya, maka terjadilah degradasi dan erosi, pergeseran, penyimpangan dan menyelewengan yang amat fatal terutama yang menyangkut soal aqidah dan beribadah yang murni.

Diantaranya penyimpangan dan penyelewengan yang terjadi diantaranya ialah karena kejahilan atau kebodohan semata, dan ada pula yang disengaja menyelewengkannya dengan berbagai maksud dan tujuan, hal ini baik oleh ummat Islam sendiri maupun oleh pihak non Muslim atau oleh musuh-musuh Islam.

Keadaan yang demikian terjadi ialah setelah hampir seluruh daerah Islam dijajah oleh bangsa barat yang anti Islam, dengan berbagai cara yang diantaranya dengan memperalat ummat Islam sendiri, baik yang disebut “ulama” atau raja-raja, sehingga citra Islam ternoda yang pada ujung-ujungnya Islam itu hanya tinggal nama saja di KTP pada sebagian pemeluknya.

Walaupun keadaan yang demikian cukup memprihatinkan, tetapi bagi kita selaku ummat Islam yang hidup di abad ini, seharusnya kita masih bisa memanjatkan puja dan puji syukur dengan mengucapkan “Alhamdulillah” ke Hadhirat Allah SWT, karena sesuai dengan janji Allah SWT didalam Al Qur’an bahwa Allah SWT akan tetap memelihara Agama Islam, Al Qur’an Surat Al Hijr ayat 9)

“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya “
Dan sesuai dengan Sabda Rasulullah SW yang neyatakan “ Bahwa di setiap zaman dan tempat yang terjadi penyimpangan dan penyelewengan, maka akan bangkit seorang atau beberapa orang (merupakan suatu golongan) yang gigih berjuang mengkoreksi suatu penyimpangan yang terjadi”.

Dalam sebuah Hadistnya yang lain, Nabi SAW bersabda “ Bumi ini tidak akan kosong (vakum) dari 40 orang yang seperti Khalilur Rahman (Nabi Ibrahim ) karena dengan berkat mereka kamu akan ditolong, bila seorang dari mereka wafat maka pasti akan digantikan oleh Allah dengan yang lain. “ (Hadist Hasan R. Thabrani)

Sabda Rasulullah SAW pula yang berbunyi :
“ Senantiasa akan selalu ada ditengah ummatku golongan yang mempertahankan kebenaran, tidak akan membinasakan mereka oleh orang-orang yang menentang mereka sampai datang ketentuan dari Allah SWT.” ( hadist Riwayat Abu Dawud)

Setiap penyimpangan yang terjadi oleh ummat Islam dalam hal beragama, akan mudah dan gampang dikoreksi dan diluruskan kembali, mengapa? Karena tiada lain ialah kesempurnaan, keotentikannya Dasar Agama Islam itu sendiri yaitu Al Qur’an dan Al Hadist Nabi SAW.
Penyelewengan dalam masalah apa saja, baik mengenai aqidah maupun ibadah, gampang dikoreksi dan diluruskan kembali, karena Allah SWT menjamin akan memelihara Agama Nya.
Diamsalkan kita berjalan disuatu padang yang penuh dengan ranjau, ranjaunya bukan sembarang ranjau, bukan ranjau sebagai alat perang tetapi ranjau yang amat sangat berbahaya yaitu ranjau syirik.

Bila tidak waspada, tanpa disadari bisa terpijak ranjau tersebut. Maka dia akan meledak menghancurkan tubuh berkeping-keping dan melemparkannya kedalam kawah neraka.
Ranjau syirik itu ada dua macam yaitu : syirik khafi dan syirik zhahiri ; khafi artinya tersembunyi dan zhahiri artinya nyata.

Syirik itu bahasa Arabi dengan istilah lain syarkat, yang dalam bahasa Indonesia dengan istilah serikat, artinya sekutu yaitu tidak satu, maksudnya ialah banyak.
Di dunia ini ada agama yang berTuhan dua yaitu agama Persi kuno, Tuhannya yang pertama disebut Ahura Mazda yaitu Tuhan Terang, maksudnya Tuhan yang baik dan Tuhan yang kedua disebut Ahriwan artinya Tuhan Gelap yaitu Tuhan yang jahat.

Kemudia agama yang berTuhan tiga yaitu agama Hindu, mempercayai tiga Tuhan yaitu Brahma, Tuhan pencipta, yang kedua Wisnu yaitu tuhan yang memelihara dan Tuhannya yang ketiga ialah Syiwa yakni Tuhan yang merusak. Kedua agama ini disebut Pantheisme yaitu agama yang bertuhan banyak.

Kemudian agama kita yaitu agama Islam bertuhan hanya satu, yaitu Allah SWT disebut dengan agama Monotheisme.

Dalam aqidah bahwa Tuhannya ummat Islam yang wajib disembah, Dia bernama atau disebut “Allah”. Dasar hukumnya yang menjadi argumen ialah bahwa Dia (Allah) sendiri yang telah memberikan petunjuk dan pengarahan, yang termaktub dalam Kitab Al Qur’an pada Surat Al Ikhlas ayat 1 s/d 4 yang berbunyi :

Katakanlah (olehmu wahai Muhammad) bahwa Dia itu adalah Allah (dan Dia) Maha Esa (Maha tunggal)
Kepada-Nya lah semua makhluk memohon dan meminta.
Dia (Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan
Dan Allah itu tiada ada yang menyerupainya

Firman Allah SWT pada Surat dan ayat yang lain berbunyi :
“ Dan janganlah kamu syarikatkan (sekutukan) ke Esaan Alah itu dengan cara dan apa jua pun”
Allah SWT telah menyatakan dengan tegas melalui Nabi Muhammad SAW bahwa Dia adalah Maha Esa, Tunggal tidak bersyarikat dan tiada bersekutu dengan siapapun, kapanpun dan dalam hal apa jua pun.

Bila Allah SWT bersekutu, bersyarikat atau berkawan (berteman) berarti Dia lemah, padahal Dia Maha Kuasa dan bersifat Serba Maha. Disamping itu, Allah SWT adalah tempat kita memohon (istilah tempat bukanlah berarti Allah SWT mempunyai tempat) Allah SWT Maha Suci dari tempat, bila dikatakan bertempat berarti Dia sama dengan Makhluk, padahal Dia tidak sama dengan sesuatu apa juapun, karena Dia “Laisa ka mistlihi syai-un”. Nah dengan demikian, maka Allah SWT itupun tidaklah beranak dan juga Dia (Allah SWT) tidak dilahirkan.

Allah SWT menciptakan sesuatu apapun tidak memerlukan kompromi dengan siapapun, karena Dia Esa sendirinya Nya, tanpa memakai alat apapun serta tanpa fikir (misalnya oh ini bagaimana) walaupun tudak berkata “Kun” namun bila Dia berkehendak, lalu “Fa Yakuun”, maka jadilah dia, mengapa? Karena Dia Maha Kuasa dan Serba Maha.
Hal yang demikian inilah yang disebut dengan “Esa pada Af‘al”
Pengertian Allah SWT itu Maha Esa ialah ; Esa pada Zat, Esa pada Asma, Esa pada sifat, dan Esa pada Af’al.

Semua ummat Islam wajib mengetahui. Mempelajari dan meyakini Aqidah Islam yang demikian ini kemudian mengamalkannya dalam keseharian, yang tidak terdapat pada ajaran agama lain di dunia ini.

Ajaran agama Islam yang telah disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW telah memberian arahan dan petunjuk secara tekstual yang berbunyi :


“ Tunjukilah kami (ya Allah) jalan yang lurus, yang haq dan benar”
Demikian pula firman Allah SWT yang termaktub dalam Al Qur’an Surat Al Ikhlas yang berbunyi :

“ Allah SWT tempat meminta dan memohon”
Pengertian arahan dan petunjuk dari Allah SWT tersebut adalah bahwa kita ummat Islam disuruh memohon dan meminta petunjuk yaitu jalan yang di Ridhoi Nya dan permohonan tersebut ditujuan hanya kepada Allah SWT bukan kepada yang lain, secara langsung tanpa perantaraan oleh siapapun dan tanpa dalih apapun, misalnya memakai wasilah.

Dalam hubungan antara manusia dengan Allah SWT tidaklah seperti hubungan sesama manusia, misalnya dalam suatu permohonan dengan alasan karena sebagai orang awan tidak kenal dengan Bupati lalu mempergunakan :orang dalam” selaku perantara yang diyakini pasti kalbulnya, padahal belum tentu berhasil.

17 Oktober 2008

PERIHAL SHALAT


BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM

Segala puja dan puji hanyalah milik Allah SWT oleh karenanya kita kembalikan ke hadirat-Nya. Yang telah mengkurniakan rahmat dan segala macam nikmat kepada kita, sehingga dengan nikmat dan rahmat yang telah diberikan-Nya itu, kita bisa hidup diatas bumi-Nya ini dengan penuh keceriaan dan kegembiraan.

Maka bagaimanakah kita tidak memuja dan memujinya, sedangkan kita sendiri tidak mampu untuk melihat sesuatu yang terdekat dengan pandangan kita sendiri, yaitu mata kita. Sungguh Agung dan Mulianya Engkau yang Allah.

Shalawat dan salam, kesejahteraan dan keselamatan, semoga senantiasa terlimpah dan tercurah diatas haribaan Junjungan kita Nabi Besar Muhammad Rasulullah SAW seorang Nabi dan Rasul Pembawa Nur Islam ke seantero pelosok alam jagat raya ini.
Dengan Nur Islam itu bumi ini menjadi terang benderang, dipenuhi dengan cahaya akhlaq dan moral yang baik, sehingga manusia dapat melihat tongkat-tongkat Agama kemudian dapat memegangnya dengan erat agar tidak terpelanting dari Shirothal Mustaqiem (jalan lurus yang benar).

Bila kita memperhatikan shalat yang kita kerjakan, maka ternyata masih banyak kekurangannya, terutama jika kita lihat dari segi ke khusyu’an sehingga seakan-akan shalat yang kita laksanakan tidak ada artinya bila dibandingkan dengan tingkat ke khusyu’an yang dimiliki oleh para Anbiya, Wal Mursalin, para Awliya, wash Shalehin wal Abidin.

Seperti bila kita simak dan perhatikan kisah mengenai shalatnya Khalifah ‘Ali bin Abi Thalib, ketika beliau terkena panah musuh dalam satu pertempuran, pada saat itu anak panah yang menancap ditubuh beliau akan dicabut, ternyata beliau tidak kuat menahan sakit, namun ketika beliau sedang mengerjakan shalat, kemudian anak panah itu dicabut, beliau tidak merasakan sakit sama sekali. Demikianlah, betapa khusyu’nya beliau mengerjakan shalat. Bisa, mampu dan dapatkah kita mengerjakan shalat seperti shalatnya ‘Ali bin Abi Thalib?.

Mudahan dan semoga kita dapat mengikuti, Insya Allah. Tapi walau demikian, menurut riwayat, diberitakan bahwa pada suatu hari, Rasulullah SAW mengadakan semacam sayembara : barang siapa yang paling khusyu’ dalam waktu shalatnya, maka orang itu akan diberi bonus hadiah sorban yang terbaik dan termahal oleh Baginda Nabi SAW.

Lalu berdirilah ‘Ali bin Abi Thalib menyatakan sanggup melaksanakan. Baiklah ujar Nabi SAW cobalah engkau kerjakan wahai ‘Ali. Selanjutnya ‘Ali pun segera melaksanakan, tetapi apakah memang berhasil? Oh kiranya sebentar waktu lagi akan mengucapkan salam, rupanya terbetik dalam qalbunya sorban yang mana gerangan yang akan dihadiahkan oleh Rasulullah kepadanya?
Demikian, sesekali pernah dialami oleh ‘Ali bin Abi Thalib, pada saat itu beliau menyatakan menyerah sebelum finish kepada Nabi SAW dan beliau gagal menerima hadiah sorban yang terbaik dari tangan Rasul SAW.

Nah Paket Syari’at (wajib shalat) itulah yang diambil dan diterima olah Junjungan kita Nabi Muhammad Rasulullah SAW dari Hadhirat Allah SWT dalam rangka misi (studi tour) napak tilas, dalam perjalanan Isra dan Mi’raj beliau, masuk dari Masjidil Haram (Makkah) ke Masjidil Aqsha (Palestina) terus naik ke alam yang maha tinggi hingga sampai ke Hadhirat Allah SWT.
Kemudian setelah beliau kembali, Paket Wajb Shalat itu pun beliau bagikan merata kepada semua ummat, tanpa pilih bangsa, ras, etnis dan sebagainya. Yang pokok asal mereka Mukmin dan Muslin, kapan dan dimana pun berada di muka Planet Bumi ini.

Demikianlah peristiwa Isra dan Mi’raj Nabi SAW sangat besar manfaatnya untuk direnung, digali hikmahnya dan kemudian dijadikan sebagai alat pembakar semangat, menghidupkan energi karya guna meningkatkan perjuangan disemua bidang, khusus menyemarakkan syi’ar Agama Islam.
Memang dampak positif dari hasil peristiwa Isra dan Mi’raj Nabi SAW adalah lebih menimbulkan semangat dan ketabahan Rasulullah SAW dalam berjuang atau berjihad fisabilillah.

Nabi Muhammad SAW telah melawat ke ruang angkasa, telah menyaksikan bermacam ragam keajaiban, dilangit yang lapis demi lapis, tingkat demi tingkat, sehingga sampai ke Sidratul Muntaha dan langsung audiens menghadap Hadhirat Allah SWT Yang Maha Esa dan Maha Kuasa, yang Zat-Nya Laisa ka mistlihi syai-un, maka bertambahlah semangat Rasulullah SAW untuk berjihad, berjuang, berkarya dan beramal fi Sabilillah dan begitu pula menambah kekuatan iman beliau untuk menegakkan Dienul Islam dipermukaan Planet Bumi yang luas ini.

Pada biografi Rasul memang ada lembaran yang sedikit kelabu, yaitu pada tahun yang kesepuluh dari ke Rasulan, beliau mendapat musibah yang boleh dikatakan berat, dimana pada saat itu beliau ditinggalkan wafat oleh isteri beliau tercinta yang bernama Sayyidah Khadijah, kemudian berselang sebulan antaranya, wafat pula Paman beliau yang tersayang yang bernama Abu Thalib, maka hati siapa yang tiada akan pecah dan sedih. Rupanya demikian Iradat dan Kehendak Allah SWT yang berlaku.

Setelah mengetahui situasi yang demikian, oh rupanya yang bersorak surai saking gembiranya ialah kaum juhala kafir Quraisy. Mengapa sebabnya ?. sekarang setelah dua orang pembantu utama Rasul telah tiada, maka mereka sangat bebas menghina, mengejek, menggencet dan menyiksa terhadap pada shahabat dan pengikut Rasul, terutama kepada diri pribadi Nabi SAW sendiri.

Allah SWT Maha Mengetahui hal yang demikian, kemudian Dia tidak menghendaki dan membiarkan perlakuan kaum kafir terhadap Rsul Utusan-Nya berlangsung lama.
Selanjutnya Allah SWT mengutus Malaikat Jibril dan Mikail untuk menjemput nabi Muhammad SAW dengan mempergunakan kendaraan yang berkecepatan sama dengan kilat, beliau dibawa berjalan pada waktu malam hari, keadaan yang demikian itulah yang disebut dengan Isra (berangkat dimulai dari Masjidil Haram melalui dan singgah pada beberapa tempat yang bernilai sejarah, hingga tiba di Masjidil Aqsha, Palestina). Kemudian dari Masjid ini, beliau diangkat untuk dibawa naik ke angkasa tinggi, hingga akhirnya sampai di Hadhirat Allah SWT. Hal inilah yang disebut dengan Mi’raj.

Untuk apa Nabi SAW disuruh beraudiensi (menghadap Hadhirat Allah) ??

Didalam bidang keimanan dan kerohanian, kita sebagai ummat pengikut dan pencinta Nabi Muhammad SAW harus ekstra hati-hati dan waspada, agar kita dalam perjalanan hidup didunia ini, jangan sampai terjatuh, terjerumus, tergelincir terpeleset kedalam jurang kesesatan, agar jangan sampai perpijak ranjau yang berakibat fatal dan membahayakan, yang sengaja dipasang oleh iblis syaithan dan kaum orientalis Prancis, Inggris dan lainnya yang sangat ingkar terhadap ajaran Islam dan sangat berani menjelek-jelekan Sunah Nabawiyah dan Pokok Agama sekaligus.
Dalam hal ini, kadang kala kita tidak sadar, boleh jadi karena tidak tahu atau juga tidak mau tahu, akibatnya tidak faham dan menerti, akan inti kihmah ajaran Islam yang disampaikan olah Nabi Muhammad SAW.

Walaupun menanggapi, tapi bisa-bisa terjebak oleh rasio (akal) yang hasilnya tidak akurat, menurut pendapat pribadi.
Demikianlah halnya dalam menanggapi kejadian Isra dan Mi’raj Nabi beserta segala rangkaian peristiwanya.

Kita ambil contoh sebagai berikut :
Ada beberapa ahli fikir yang melontarkan beberapa hal yang menurut mereka (ujarnya) meragukan.
Bahwa peristiwa Isra dan Mi’raj Nabi Muhammad SAW mengandung berbagai macam keajaiban yang dapat membikin akal manusia bingung memikirkan. Beberapa masalah yang mereka kemukakan :
Kebanyakan pada Nabi, yang dijumpai oleh Rasulullah SAW pada setiap tingkat langit itu ialah Para Nabi dari Bani Israel.
Dalam perjalanan Mi’raj Nabi Muhammad SAW pada saat itu Nabi Musa menanyai kefardhuan shalat, kemudian meminta kepada Nabi Muhammad SAW agar kembali untuk memohon keringanan.

Selanjutnya Rasulullah Saw pulang balik sehingga beliau merasa malu kepada Allah SWT yang pada akhirnya menjadi Imam shalat bagi para Nabi dan Rasul ketika beliau shalat di Masjid Aqsha sebelum beliau Mi’raj, padahal waktu itu belum ada kefardhuan shalat.
Kemudian menyangkut perkara yang disaksikan oleh Nabi Muhammad SAW pada waktu beliau Isra, dalam hal peristiwa yang berkaitan dengan Hukum dan Perkara yang diharamkan, pada hal waktu itu perkara tersebut belum di syari’atkan, seperti Nabi Muhammad SAW menyaksikan segerombolan manusia yang menolak memakan daging masak yang enak, tetapi toh mereka memakan daging mentah dan busuk, untuk perlambang (simbolis) bagi orang yang meninggalkan isterinya yang halal dan mereka melakukakn zina (perselingkuhan) yang diharamkan oleh Allah SWT.

Gambaran tersebut menunjukkan diharamkan zina serta akibat buruk yang menimpa pelakunya kelak, padahal “larangan zina” ini baru diturunkan sewaktu periode Madinah, sedangkan peristiwa Isra terjadi pada peride Makkah sebelum Hijrah.
Masalah tersebut berkelanjutan, melangkah lebih jauh lagi dengan mereka mengatakan “tidak masuk akal, menurut pertimbangan akal yang sehat”, lalu ujar mereka :
Hadist yang membicarakan pembedahan dada Rasulullah SAW sebelum terjadinya Isra dan Mi’raj Nabi Muhammad Saw, tidak masuk akal.
Nabi-Nabi dari Bani Israel diberikan kedudukan istimewa melebihi Nabi-Nabi yang lain sehingga menduduki tempat yang istimewa dilangit, tidak masuk akal (ujar mereka).

Nabi Musa AS berada dilangit yang keenam sebagi stasiun atau terminal bagi Nabi Muhammad Saw setelah beliau melewati Nabi Ibrahim AS yang berada di langit yang ke tujuh, yang akhirnya nabi Musa AS memberikan nasehat kepada Nabi Muhammad SAW, dan seterusnya-dan seterusnya. (ujar mereka) tidak masuk akal.
Selanjutnya mereka mengatakan pula Hadist Isra dan Mi’raj Nabi SAW adalah dongeng Israeliyat yang tidak mempunyai dasar sama sekali.

Demikianlah tanggapan den menurut pendapat akal fikiran mereka dari beberapa ahli fikir yang rasionya keseleo dan keblinger.
Untuk mengantisipasi, menyangga dan meredam pendapat dan pemikitan dari ahli yang keseleo itu, kita harus cepat tanggap, agar jangan sampai menyeret ummat yang masih awam, menginjak ranjau yang memang sengaja dipasang oleh iblis dan syaithan yang gentayangan dimuka bumi ini.

Untuk menangkis dan menangkal serangan mereka yang sangat berbahaya itu, menurut hemat kita tiada lain ialah kita harus mengadakan pembahasan mengenai masalah Isra dan Mi’raj ini, sebagai upaya untuk menggalinya dari sudut pandang yang selalu baru yang timbul dari perputaran hidup ini, namun bagaimana pun juga pokok pembahasan, kita tidak boleh menambah-nambah atau mengada-ada dari apa yang telah dikemukakan oleh Al Qur’an dan Sunnah Shahehah yang mengetengahkan peristiwa tersebut adalah sebagai mu’jizat.
Kita mencari penafsiran yang aktual yang dihubungkan dengan peristiwa dewasa ini yang terjadi sesuai dengan perkembangan keadaan zaman.

Dalam hal ini kita telah mengetahui bahwa diantara kemu’jizatan Al Qur’an tidak akan habis keajaibannya serta tidak akan rusak meskipun banyak orang yang menolaknya, begitu pula rujukan Hadist Shaheh dari Nabi ditambah pula dengan perputaran waktu dan perkembangan fikiran yang selalu mengalami perningkatan sehingga dapat menyuguhkan penafsiran yang baru dan mengagumkan terhadap peristiwa Isra dan Mi’raj.

Sekarang marilah kita coba menyimak, semoga sesuai dengan izin Allah
Peristiwa yang tidak dapat dijangkau oleh akal manusia, memang tidak disebutkan oleh Allah SWT secara tegas didalam Al Qur’an, hanya tergantung pada keimanan manusia masing-masing.
Manakala kita telah mengimani (percaya) dan meyakini tentang kebenaran peristiwa Isra-nya Nabi SAW maka selaku orang yang beriman, kita pun yakin dan percaya tanpa reserve, bahwa Allah SWT Maha Kuasa menciptakan sesuatu hal atau perkara apa pun jua, diluar batas kemampuan akal pikiran kita sebagai manusia yang sangat dha-if.

Kenyataan yang tidak bisa dibantah, bahwa mu’jizat yang diberikan olah Allah SWT kepada Rasul-Rasul-Nya adalah merupakan kejadian luar biasa yaitu diluar hukum alam yang berlaku.
Allah SWT menciptakan keadaan yang luar biasa diluar ketentuan hukum alam-Nya agar kita ummat manusia mengerti bahwa diatas Undang-Undang Hukum atau ketentuan yang berlaku bagi alam ini, ada Maha Pencipta Yang Maha Kuasa, yang kuasa membuat keadaan dimana hukum alam itu aktif dan pada waktu yang lain pasif, tidak berlaku untuk sementara waktu.

Kejadian yang diluar hukum alam, yang luar biasa yang terjadi pada seorang Rasul dan peristiwa yang demikian itulah yang disebut Muji’zat.

Untuk argument sebagai bukti ke Maha Kuasaan Allah SWT kita angkat firman Allah SWT yang termaktub pada Surat Al Anbiya ayat 67 s/d 70 :



“Ah (celakalah) kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah. Maka apakah kamu tidak memahami?
Mereka berkata: "Bakarlah dia dan bantulah tuhan-tuhan kamu, jika kamu benar-benar hendak bertindak".
Kami berfirman: "Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim",
Mereka hendak berbuat makar terhadap Ibrahim, Maka kami menjadikan mereka itu orang-orang yang paling merugi.”

Menurut kebiasaan, api sifatnya membakar. Allah SWT menghendaki agar Ibrahim dilempar atau dimasukkan kedalam api. Dan api pun menyala, tetapi apa lacur ? Hukum (kebiasaan) bahwa api membakar, tetapi kenyataan (bagi Nabi Ibrahim) tidak berlaku.
Andaikata api itu tidak menyala karena hujan, maka mereka Namruz cs pasti mengatakan, ah jika tidak turun hujan, niscaya Ibrahim pasti hangus dilahap api yang menggelora itu, demikian ujarnya.
Tetapi tidak, Allah SWT tidak menghendaki cara begitu, biarkan raja Namruz cs menangkap Ibrahim kemudian mereka melemparkannya kedalam api dan api pun menyala, tetapi ia (api) tidak membakar Ibrahim.

Mengapa sebabnya demikian? Oh tidak lain itulah dia keadaan yang luar biasa, diluar hukum alam yang menentukan bahwa api itu bersifat membakar hangus apa saja yang dijilatinya.
Nah yang demikian adalah bukti dari ke Maha Kuasaan Allah SWT.
Selanjutnya argument (dalil dan bukti) kita angkat pula dari firman Allah SWT yang tercantum didalam Al Qur’an pada Surat Asy Syu’ara ayat 52 s/d 68 :




52. Dan kami wahyukan (perintahkan) kepada Musa: "Pergilah di malam hari dengan membawa
' hamba-hamba-Ku (Bani Israil), Karena Sesungguhnya kamu sekalian akan disusuli".

53. Kemudian Fir'aun mengirimkan orang yang mengumpulkan (tentaranya) ke kota-kota.
54. (Fir'aun berkata): "Sesungguhnya mereka (Bani Israil) benar-benar golongan kecil,
55. Dan Sesungguhnya mereka membuat hal-hal yang menimbulkan amarah kita,
56. Dan Sesungguhnya kita benar-benar golongan yang selalu berjaga-jaga".
57. Maka kami keluarkan Fir'aun dan kaumnya dari taman-taman dan mata air,
58. Dan (dari) perbendaharaan dan kedudukan yang mulia,
59. Demikianlah halnya dan kami anugerahkan semuanya (itu) kepada Bani Israil.
60. Maka Fir'aun dan bala tentaranya dapat menyusuli mereka di waktu matahari terbit.
61. Maka setelah kedua golongan itu saling melihat, berkatalah pengikut-pengikut Musa:
' "Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul".

62. Musa menjawab: "Sekali-kali tidak akan tersusul; Sesungguhnya Tuhanku besertaku, kelak
' dia akan memberi petunjuk kepadaku".

63. Lalu kami wahyukan kepada Musa: "Pukullah lautan itu dengan tongkatmu". Maka
' terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar.

64. Dan di sanalah kami dekatkan golongan yang lain.
65. Dan kami selamatkan Musa dan orang-orang yang besertanya semuanya.
66. Dan kami tenggelamkan golongan yang lain itu.
67. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar merupakan suatu tanda yang besar
' (mukjizat) dan tetapi adalah kebanyakan mereka tidak beriman.

68. Dan Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang.

=============================
Demikianlah sebagai legitimasi bahwa menurut Hukum Alah, air itu adalah suatu benda cari dan sifatnya lembut serta mengalir.

Demikianlah ketika Nabi Musa AS disuruh oleh Allah SWT memukulkan tongkatnya ke air laut (laut merah) maka dengan serta merta (tiba-tiba) dengan Qudrat, Iradat dan Izin Allah SWT air laut itu berubah sifatnya menjadi tanah yang sangat keras merupakan bongkahan gunung yang relatif besar kemudian dapat dilewati dan dipijak oleh Nabi Musa beserta pengikut-pengikut hingga sampai ke tanah seberang yang akhirnya beliau selamat dari kejaran Fir’aun dan tentaranya.


Nah peristiwa yang demikian itu adalah suatu hal (perkara) yang luar biasa, tidak sesuai dengan hukum alam, tetapi kenyataan Allah Maha Kuasa.

Peristiwa Isra dan Mi’raj adalah suatu Mu’jizat bagi Nabi Muhammad SAW juga merupakan peristiwa besar dalam sejarah dunia yang tidak ada tolak bandingnya, yang sejak lebih dari empat belas abad yang silam hingga sekarang tetap relevan, karena dia benar-benar mengagumkan dan menakjubkan dan menjadi bahan studi ilmiah sepanjang masa.

Semakin tinggi ilmu pengetahuan dan teknologi manusia, semakin tertarik dan terpikatlah untuk mengulang-ulang membaca peristiwa yang tersurat dibalik yang tersirat yang terdapat didalamnya, kemudian bertambah asyiklah pula para ilmuwan untuk menyelidiki serta meyakinkan kebenarannya secara ilmiah dan semakin kokoh iman serta kepercayaan kepada Allah SWT


Disamping itu, bagi kaum atheis dan kafir Quraisy, Abu Jahl cs, peristiwa Isra dan Mi’raj Nabi Muhammad SAW mereka jadikan sebagai alat senjata untuk menuduh Nabi SAW sebagai seorang yang tidak beres otaknya dan mereka jadikan bahan bermacam ragam penghinaan terhadap beliau.


Namun demikian, adanya peristiwa Isra dan Mi’raj Nabi SAW banyak juga yang menyatakan beriman dan memeluk agama Islam serta mengakui kebenaran Al Qur’an untuk pedoman dan menjadikan bahan studi ilmiah pada abad sekarang.

Demikianlah, kita selaku ummat Islam yang beriman, sangat bersyukur kepada Allah SWT yang mengabadikan peristiwa kontroversi Isra dan Mi’raj lewat Al Qur’an, pun juga terhadap Junjungan kita Nabi Besar Muhammad Rasulullah SAW yang kita cintai, sebagai pelaksananya yang menerima kemudian memperjuangkan dan menegakkan Syari’at (kefardhuan shalat) yaitu tonggak Agama Islam secara fondamental, diatas persada planet bumi ini. Kemudian tidak kurang pentingnya jasa para sahabat dan pengikut beliau, yang telah mengumpulkan informasi (sabda Rasul) yang dipelopori oleh Imam Bukhari, pada mulanya dari mulut ke mulut secara lisan. Kemudian beliau susun dan akhirnya sebagai hasil karya tulis beliau, terkenal dengan Kitabnya yang disebut dengan Shaheh Bukhari.

Selanjutnya informasi, kabar berita (Sabda Rasul Hadist Shaheh) mengenai terjadinya peristiwa Isra dan Mi’raj Nabi SAW disimak dan diteliti dengan tekun oleh para sahabat Nabi, kemudian hasilnya yang positif melalui para alim ulama, para da’i dan muballigh, Hadist Shaheh tersebut disiarkan dan disampaikan mereka kepada semua ummat diseluruh dunia, dari masa ke masa secara berkesinambungan hingga sampai kepada kita sekarang.


Demikianlah, akhirnya kita dapat membaca dan mengetahui mengenai informasi kontroversi dari sumber aslinya yaitu Kitab Al Qur’an dan Kitab Hadist Shaheh Bukhari, tentang masalah terjadinya peristiwa Isra dan Mi’raj yang telah dialami dengan haq oleh Junjungan kita Nabi Besar Muhammad Rasulullah SAW yang kita cintai.

Begitu pula dapat kita simak dari beberapa sumber Kitab lainnya pada Bab Peristiwa Isra dan Mi’raj Nabi SAW seperti :

1.Kitab Kifaayatul Muhtaaj, hasil karya tulis dari :
' Syekh Muhammad Daud bin Abdullah Al Fatani (Ulama Thailand)


2.Siraajul Wahhaaj, hasil karya tulis dari :
' Al Allamah Al Faadi Al Ustadz Asy Syekh Muhammad Zhalamul Babily Al Halaby


3.Kitab Nuuruzh Zhalaam, hasil karya tulis dari :
' Al Allamah Asy Syekh Muhammad Nawawi Asy Syafi’i

4.Kitab Hasil Karya Tulis dari :
' Al Imam Al Arif Billah Abil Barakaat Sayyidi Ahmad Ad Dardiir

5.Malam Yang Menakjubkan, oleh :
' H. Abu Bakar Ya’qub

6.Menyingkap Misteri Isra dan Mi’raj oleh :
' Asy Syekh Muhammad Matawalli Asy Sya’rawi (Ulama Mesir).


7.Kitab At Tajriidus Shariih, hasil karya tulis dari :
' Abil Abbas Zainudding Ahmad bin Abdul Latiif Asy Syarji Az Zubaidis
' Syahir bin Al Husain Al Mubaarak.


Selanjutnya, baik firman Allah SWT yang termaktub didalam Kitab Suci Al Qur’anul Kariem, maupun hadist Nabi Sabda Rasulullah SAW yang tercantum didalam Kitab Shaheh Bukhari, yang berkenaan dengan terjadinya peristiwa Isra dan Mi’raj yang telah dialami oleh haq oleh Junjungan kita Nabi Besar Muhammad Rasulullah SAW yang kita cintai, yang telah terjadi lebih dari empat abad silam, disampaikan kini oleh para mubaligh dan da’i, bagi kita ummat Islam yang beriman, maka rasa-rasanya peristiwa tersebut baru terjadi kemaren saja layaknya. Mengapa sebabnya demikian ?
Tiada lain, karena peristiwa itu adalah peristiwa Mu’jizatnya Rasulullah SAW yag abadi, disamping Mu’jizat Al Qur’an.

Sangat banyak para akhi fikir dan tokoh-tokoh yang sebelumnya non Muslim mencari hakekat kebenaran, yang akhirnya mereka masuk dan memeluk agama Islam, bukan karena tradisi nenek moyang, bukan karena asal usul, keturunan, bukan karena taqlid, melainkan karena mereka haus akan nilai-nilai haq atau kebenaran, karena rindu akan hakekat kebenaran yang tidak kunjung mereka temukan.

Akhirnya mereka menemukan yang dicari dalam Al Qur’an yang termasuk di dalamnya kisah peristiwa Isra dan Mi’raj Nabi dan Sunnah Rasul SAW dengan sepuas-puasnya berkat observasi (penyelidikan mereka).

Peristiwa perjalanan Isra dan Mi’raj nya Nabi SAW sebenarnya bukanlah karena kehendak Rasulullah sendiri, tetapi disebabkan karena Iradat Allah SWT yang tertentu, yaitu yang pertama kiranya Allah SWT bermaksud untuk menghibur hati Nabi SAW yang sedih dan risau, karena barusan saja ditinggalkan selamanya oleh dua orang yang sangat dicintainya dan mencintainya, yang amat dikasihi dan mengasihinya yaitu Isteri beliau yang bernama Sayyidah Khadijah dan Paman beliau yang bernama Abu Thalib.


Memang ketika Paman beliau Abu Thalib baru saja wafat, lalu pada saat itu Rasul tercenung murung, mengingat Paman yang dikasihi dan sangat dicintai oleh beliau, wafat dalam keadaan tidak beriman. Dalam situasi yang demikian turunlah firman Allah SWT (lewat Jibril) : “Ketahuilah wahai Muhammad ! Bahwa engkau tidak (mampu) memberi petunjuk kepada orang yang engkau cintai sekalipun, tetapi Allah SWT yang (mutlak) memberikan petunjuk Nya kepada siapa pun yang dikehendaki-Nya”. Menerima firman tersebut, Nabi menjadi sadar.

Disamping itu Allah SWT mempunyai motivasi (kehendak-Nya) sendiri yaitu menyuruh Nabi Muhammad Rasul-Nya supaya beraudensi, menghadap ke Hadhirat-Nya untuk menerima paket Syari’at, Taklif Fardhu Shalat, yang tidak ternilai harganya untuk nabi SAW beserta dengan semua ummat beliau secara langsung tanpa melalui perantaraan Jibril.

Tiada lain, karena Mi’rajnya nabi SAW ini adalah sebagai penghargaan dan penghormatan terhadap Rasulullah SAW karena dekatnya kepada Allah SWT sedangkan beliau diutus oleh Allah SWT sebagai rahmat bagi alam semesta, dan beliau sendiri sangat memperhatikan terhadap ummatnya, maka Allah SWT pun berkenan ingin memberinya sesuatu yang dapat dipergunakan oleh ummatnya untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT sehingga dengan demikian maka shalat itu adalah sebagai hadiah karena dekatnya hubungan Rasul dengan Allah SWT yang nantinya akan dipergunakan untuk mendekatkan diri kepada-Nya juga.

Allah SWT memberikan hadiah kepda setiap orang yang beriman ummat Islam dengan suatu pemberian yang dapat dipergunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dimana kedekatan seseorang itu terhadap Tuhannya menunjukkan bahwa dia berada dalam posisi yang terhormat, karena itulah Allah SWT mengatakan “Wa-jud waq-tarib”, bersujudlah engkau dan mendekatlah kepada-Ku, demikian firman Allah SWT.

Bahwa shalat itu merupakan suatu cara agar manusia bisa mempergunakannya untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT (maka disini) kalau boleh kita katakan bahwa : Allah SWT Maha Mengetahui bagaimana cara atau taknik menservis (memperbaiki) manusia, maka shalat itulah sebagai alat atau cara untuk memperbaiki manusia, agar mereka selalu dalam keadaan baik, yaitu dengan shalat, minimal shalat wajib lima kali sehari semalam.

Manusia adalah ciptaan Allah SWT dan Allah SWT sendiri adalah Insinyurnya, maka manusia sebagai ciptaan-Nya bisa terpelihara dengan baik bila petunjuk Insinyurnya (yaitu Allah SWT) dipakai.

Allah SWT Yang Maha Ghaib menservis (memperbaiki) ciptaan-Nya yaitu manusia dengan cara yang ghaib pula, bukan dengan peralatan materi.


Demikian pula pada waktu Nabi Muhammad SAW melaksanakan Isra dan Mi’rajnya, beliau disuruh menyaksikan tanda-tanda (ayat) betapa Kebesaran dan ke Maha Kuasaan Allah SWT baik ketika dibumi maupun di alam maha tinggi, disamping beliau menerima Pesan Pendidikan Moral (Akhlak) baik antara sesama makhluk secara horisontal maupun terhadap Al Khaliq secara vertikal. Pesan-pesan tersebut disampaikan melalui gambar (video) yang ditayangkan dan dilihat oleh Nabi SAW ketika beliau dalam perjalanan Isra.


Tayangan (gambaran video) tersebut bermacam ragamnya, beraneka dampaknya, ada yang positif dan ada pula yang negatif, beserta dengan sanksi hukuman dan balasannya, ada yang baik dan ada pula yang buruk, yang menggembirakan dan ada pula yang menyedihkan, sesuai dengan perbuatan sang pelakunya yang bersangkutan.


Situasi yang demikian digambarkan dengan jelas dalam tayangan video yang dapat dilihat dan disaksikan dengan nyata oleh meta kepala Nabi SAW adalah merupakan suatu pesan moral (akhlaq) yang sangat berharga, yang nantinya akan disampaikan oleh Rasulullah SAW kepada ummatnya.


Pada waktu beliau Mi’raj berada di alam yang maha tinggi, Nabi SAW menyaksikan : Surga, Neraka, Baitul Ma’mur, Kursi, Arsy, mendengar goresan Qalam diatas Lauhul Mahfuzh dan akhirnya beliau beraudensi dan berdialog dengan Allah SWT yang Laisa ka mistlihi syai-un. Demikian pula disana itu : wa la “ainun ra-at, wa la uzunun sam’at wa la khathira ‘ala qalbin basyar.


Nah demikianlah kiranya, maksud dan Iradat Allah SWT meng-Isra dan Me-Mi’rajkan (memperjalankan-membawa berjalan dan menaikkan) Nabi SAW untuk supaya datang menghadap (beraudensi) ke Hadhirat-Nya Yang Maha Kuasa dan Maha Agung, untuk menerima Paket Syari’at (Perintah Fardhu Shalat) untuk pribadi Nabi Muhammad Rasulullah SAW sendiri dan untuk semua ummat Islam, termasuk kita seperti sekarang ini. Wajib mengerjakan Shalat.


Demikianlah sekedar sekilas sebagai prakata dari Penyusun yang mengakui, menyadari banyak kesalahan dalam segala hal, oleh karenanya penyusun memohon maghfirah Allah SWT dan mengharapkan Ridho-Nya, kemudian penyusun mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga terhadap semua pihak yang telah mengkoreksi, juga kepada para pembaca yang budiman, yang menekuni, senang dan gemar membaca tulisan ini tiada lain semoga tulisan ini menjadi penyubur iman meningkatkan taqwa kepada Allah SWT betapa besarnya hikmah yang terkandung didalam Peristiwa Besar yaitu Isra dan Mi’rajnya Nabi Besar Muhammad SAW yang telah dialami oleh Rasulullah dengan haq dan benar, dengan jasmani dan rohani (bukan mimpi) yang telah terjadi sejak ribuan tahun yang silam (masalahnya tetap relevan hingga sekarang sampai ke masa Hari Kebangkitan), hal ini dapat kita pahami bila kita renungkan bersama.


Akhirul kalam. Penyusun tulisan ini hanya mampu berdo’a semoga rangkaian susunan kata dan kalimat yang anda baca sekarang ini bermanfaat bagi kita semua, segala kebaikan akan dicatat sebagai amal shaleh yang akan dapat kita rasakan pada Hari Qiamat kelak. Amien ya Rabbal Alamien.






Apabila seorang perempuan itu sembahyang lima waktu, puasa di bulan Ramadhan, menjaga kehormatannya dan mentaati suaminya, maka masuklah ia kedalam surga daripada pintu-pintu yang ia kehendakinya
(HR Al Bazzar)


Sesungguhnya sebilangan ahli neraka ialah perempuan-perempuan yang berpakaian tapi telanjang yang condong pada maksiat dan menarik orang lain untuk melakukan maksiat. Mereka tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya,
(Bukhari & muslim)


Semua manusia (anak Adam) itu melakukan kesalahan, dan sebaik-baik orang yang melakukan kesalahan itu ialah orang-orang yang suka bertaubat.
(Turmudzi dan Ibn Majah)


Orang mukmin itu adalah menjadi saudara sesama mukmin, karena itu janganlah meninggalkan memberi nasehat dalam segala hal
(Ibn Najjar)


Rasulullah SAW : Allah tidak menerima iman tanpa amal perbuatan dan tidak menerima amal perbuatan tanpa iman
(Atthabrani)


Barangsiapa tidak mengasihi dan menyayangi manusia maka dia tidak akan dikasihi dan tidak disayangi Allah

Siapa saja wanita yang memakai wangi-wangian kemudian melewati suatu kaum supaya mereka itu mencium baunya, maka wanita itu telah dianggap melakukan zina dan tiap-tiap mata ada zina
(Riwayat Nasaii, ibn Khuzaimah dan Hibban)


Pekerjaan yang sangat disukai Allah ialahmengerjakan shalat tepat pada waktunya, sesudah itu berbakti kepada ibu bapak, sesudah itu ebrjihad menehakkan agama Allah
(Bukhari dan Muslim)


Rasulullah SAW : Ucapan yang paling benar adalah Al Qur'an (Kitabullah), dan sebaik-baik jalan hidup adalah jalan hidup Nabi Muhammad SAW
(Muslim)


Amal yang paling disenangi oleh Allah ialah amal yang terus-menerus dikerjakan, walaupun sedikit.
(Bukhari dan Muslim)


Rasulullah bersabda : "Tiap-tiap amal harus disertai dengan niat. Balasan bagi setiap amal manusia, ialah pahala bagi apa yang dikerjakannya.Maka barangsiapa (niat) hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, baginya pahala hijrah karena Allah dan Rasul-Nya
(Imam Bukhari)


Abu Hurairah : Sabda Rasulullah: Allah berfirman : Apabila hambaKu mengingatku dalam dirinya, maka Akupun akan mengingatnya dalam diriKu
(Muslim)