Maka begitulah pula tugas Muhammad sebagai penutup dari semua Nabi dan Rasul, Beliau ditugaskan oleh Allah SWT untuk melengkapi dan menyempurnakan ajaran semua Rasul yang telah diutus sebelumnya.
Selama 23 tahun Nabi Muhammad SAW telah menyampaikan misi dan visi syari’at Islam secara konseptual yaitu berupa Al Qur’an, kumpulan dari firman Allah SWT dan Al Hadist , kumpulan dari sabda Beliau, yang bertujuan dan bermuatan menyusun dan mengatur hidup dan kehidupan ummat manusia baik secara global maupun detail, untuk keselamatan dan kebahagiaan selama di dunia sampai ke alam akhirat kelak, yang dalam hal ini beliau sendiri telah memberikan contoh teladan dan teknis pelaksanaannya dalam keseharian.
Dalam waktu yang sangat jauh dan lama setelah Nabi Muhammad SAW wafat, ummat Islam yang hidup kemudian termasuk kita yang hidup sekarang, karena kurang antusias mempelajari, menelaah dan mangamalkan secara konsekwen dan konsisten terhadap misi dan visi yang telah disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW yaitu ajaran syari’at Islam yang murni, yang petunjuk pelaksanaannya dari Allah SWT dan Rasul-Nya, maka terjadilah degradasi dan erosi, pergeseran, penyimpangan dan menyelewengan yang amat fatal terutama yang menyangkut soal aqidah dan beribadah yang murni.
Diantaranya penyimpangan dan penyelewengan yang terjadi diantaranya ialah karena kejahilan atau kebodohan semata, dan ada pula yang disengaja menyelewengkannya dengan berbagai maksud dan tujuan, hal ini baik oleh ummat Islam sendiri maupun oleh pihak non Muslim atau oleh musuh-musuh Islam.
Keadaan yang demikian terjadi ialah setelah hampir seluruh daerah Islam dijajah oleh bangsa barat yang anti Islam, dengan berbagai cara yang diantaranya dengan memperalat ummat Islam sendiri, baik yang disebut “ulama” atau raja-raja, sehingga citra Islam ternoda yang pada ujung-ujungnya Islam itu hanya tinggal nama saja di KTP pada sebagian pemeluknya.
Walaupun keadaan yang demikian cukup memprihatinkan, tetapi bagi kita selaku ummat Islam yang hidup di abad ini, seharusnya kita masih bisa memanjatkan puja dan puji syukur dengan mengucapkan “Alhamdulillah” ke Hadhirat Allah SWT, karena sesuai dengan janji Allah SWT didalam Al Qur’an bahwa Allah SWT akan tetap memelihara Agama Islam, Al Qur’an Surat Al Hijr ayat 9)
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya “
Dan sesuai dengan Sabda Rasulullah SW yang neyatakan “ Bahwa di setiap zaman dan tempat yang terjadi penyimpangan dan penyelewengan, maka akan bangkit seorang atau beberapa orang (merupakan suatu golongan) yang gigih berjuang mengkoreksi suatu penyimpangan yang terjadi”.
Dalam sebuah Hadistnya yang lain, Nabi SAW bersabda “ Bumi ini tidak akan kosong (vakum) dari 40 orang yang seperti Khalilur Rahman (Nabi Ibrahim ) karena dengan berkat mereka kamu akan ditolong, bila seorang dari mereka wafat maka pasti akan digantikan oleh Allah dengan yang lain. “ (Hadist Hasan R. Thabrani)
Sabda Rasulullah SAW pula yang berbunyi :
“ Senantiasa akan selalu ada ditengah ummatku golongan yang mempertahankan kebenaran, tidak akan membinasakan mereka oleh orang-orang yang menentang mereka sampai datang ketentuan dari Allah SWT.” ( hadist Riwayat Abu Dawud)
Setiap penyimpangan yang terjadi oleh ummat Islam dalam hal beragama, akan mudah dan gampang dikoreksi dan diluruskan kembali, mengapa? Karena tiada lain ialah kesempurnaan, keotentikannya Dasar Agama Islam itu sendiri yaitu Al Qur’an dan Al Hadist Nabi SAW.
Penyelewengan dalam masalah apa saja, baik mengenai aqidah maupun ibadah, gampang dikoreksi dan diluruskan kembali, karena Allah SWT menjamin akan memelihara Agama Nya.
Diamsalkan kita berjalan disuatu padang yang penuh dengan ranjau, ranjaunya bukan sembarang ranjau, bukan ranjau sebagai alat perang tetapi ranjau yang amat sangat berbahaya yaitu ranjau syirik.
Bila tidak waspada, tanpa disadari bisa terpijak ranjau tersebut. Maka dia akan meledak menghancurkan tubuh berkeping-keping dan melemparkannya kedalam kawah neraka.
Ranjau syirik itu ada dua macam yaitu : syirik khafi dan syirik zhahiri ; khafi artinya tersembunyi dan zhahiri artinya nyata.
Syirik itu bahasa Arabi dengan istilah lain syarkat, yang dalam bahasa Indonesia dengan istilah serikat, artinya sekutu yaitu tidak satu, maksudnya ialah banyak.
Di dunia ini ada agama yang berTuhan dua yaitu agama Persi kuno, Tuhannya yang pertama disebut Ahura Mazda yaitu Tuhan Terang, maksudnya Tuhan yang baik dan Tuhan yang kedua disebut Ahriwan artinya Tuhan Gelap yaitu Tuhan yang jahat.
Kemudia agama yang berTuhan tiga yaitu agama Hindu, mempercayai tiga Tuhan yaitu Brahma, Tuhan pencipta, yang kedua Wisnu yaitu tuhan yang memelihara dan Tuhannya yang ketiga ialah Syiwa yakni Tuhan yang merusak. Kedua agama ini disebut Pantheisme yaitu agama yang bertuhan banyak.
Kemudian agama kita yaitu agama Islam bertuhan hanya satu, yaitu Allah SWT disebut dengan agama Monotheisme.
Dalam aqidah bahwa Tuhannya ummat Islam yang wajib disembah, Dia bernama atau disebut “Allah”. Dasar hukumnya yang menjadi argumen ialah bahwa Dia (Allah) sendiri yang telah memberikan petunjuk dan pengarahan, yang termaktub dalam Kitab Al Qur’an pada Surat Al Ikhlas ayat 1 s/d 4 yang berbunyi :
Katakanlah (olehmu wahai Muhammad) bahwa Dia itu adalah Allah (dan Dia) Maha Esa (Maha tunggal)
Kepada-Nya lah semua makhluk memohon dan meminta.
Dia (Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan
Dan Allah itu tiada ada yang menyerupainya
Firman Allah SWT pada Surat dan ayat yang lain berbunyi :
“ Dan janganlah kamu syarikatkan (sekutukan) ke Esaan Alah itu dengan cara dan apa jua pun”
Allah SWT telah menyatakan dengan tegas melalui Nabi Muhammad SAW bahwa Dia adalah Maha Esa, Tunggal tidak bersyarikat dan tiada bersekutu dengan siapapun, kapanpun dan dalam hal apa jua pun.
Bila Allah SWT bersekutu, bersyarikat atau berkawan (berteman) berarti Dia lemah, padahal Dia Maha Kuasa dan bersifat Serba Maha. Disamping itu, Allah SWT adalah tempat kita memohon (istilah tempat bukanlah berarti Allah SWT mempunyai tempat) Allah SWT Maha Suci dari tempat, bila dikatakan bertempat berarti Dia sama dengan Makhluk, padahal Dia tidak sama dengan sesuatu apa juapun, karena Dia “Laisa ka mistlihi syai-un”. Nah dengan demikian, maka Allah SWT itupun tidaklah beranak dan juga Dia (Allah SWT) tidak dilahirkan.
Allah SWT menciptakan sesuatu apapun tidak memerlukan kompromi dengan siapapun, karena Dia Esa sendirinya Nya, tanpa memakai alat apapun serta tanpa fikir (misalnya oh ini bagaimana) walaupun tudak berkata “Kun” namun bila Dia berkehendak, lalu “Fa Yakuun”, maka jadilah dia, mengapa? Karena Dia Maha Kuasa dan Serba Maha.
Hal yang demikian inilah yang disebut dengan “Esa pada Af‘al”
Pengertian Allah SWT itu Maha Esa ialah ; Esa pada Zat, Esa pada Asma, Esa pada sifat, dan Esa pada Af’al.
Semua ummat Islam wajib mengetahui. Mempelajari dan meyakini Aqidah Islam yang demikian ini kemudian mengamalkannya dalam keseharian, yang tidak terdapat pada ajaran agama lain di dunia ini.
Ajaran agama Islam yang telah disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW telah memberian arahan dan petunjuk secara tekstual yang berbunyi :
“ Tunjukilah kami (ya Allah) jalan yang lurus, yang haq dan benar”
Demikian pula firman Allah SWT yang termaktub dalam Al Qur’an Surat Al Ikhlas yang berbunyi :
“ Allah SWT tempat meminta dan memohon”
Pengertian arahan dan petunjuk dari Allah SWT tersebut adalah bahwa kita ummat Islam disuruh memohon dan meminta petunjuk yaitu jalan yang di Ridhoi Nya dan permohonan tersebut ditujuan hanya kepada Allah SWT bukan kepada yang lain, secara langsung tanpa perantaraan oleh siapapun dan tanpa dalih apapun, misalnya memakai wasilah.
Dalam hubungan antara manusia dengan Allah SWT tidaklah seperti hubungan sesama manusia, misalnya dalam suatu permohonan dengan alasan karena sebagai orang awan tidak kenal dengan Bupati lalu mempergunakan :orang dalam” selaku perantara yang diyakini pasti kalbulnya, padahal belum tentu berhasil.
Selama 23 tahun Nabi Muhammad SAW telah menyampaikan misi dan visi syari’at Islam secara konseptual yaitu berupa Al Qur’an, kumpulan dari firman Allah SWT dan Al Hadist , kumpulan dari sabda Beliau, yang bertujuan dan bermuatan menyusun dan mengatur hidup dan kehidupan ummat manusia baik secara global maupun detail, untuk keselamatan dan kebahagiaan selama di dunia sampai ke alam akhirat kelak, yang dalam hal ini beliau sendiri telah memberikan contoh teladan dan teknis pelaksanaannya dalam keseharian.
Dalam waktu yang sangat jauh dan lama setelah Nabi Muhammad SAW wafat, ummat Islam yang hidup kemudian termasuk kita yang hidup sekarang, karena kurang antusias mempelajari, menelaah dan mangamalkan secara konsekwen dan konsisten terhadap misi dan visi yang telah disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW yaitu ajaran syari’at Islam yang murni, yang petunjuk pelaksanaannya dari Allah SWT dan Rasul-Nya, maka terjadilah degradasi dan erosi, pergeseran, penyimpangan dan menyelewengan yang amat fatal terutama yang menyangkut soal aqidah dan beribadah yang murni.
Diantaranya penyimpangan dan penyelewengan yang terjadi diantaranya ialah karena kejahilan atau kebodohan semata, dan ada pula yang disengaja menyelewengkannya dengan berbagai maksud dan tujuan, hal ini baik oleh ummat Islam sendiri maupun oleh pihak non Muslim atau oleh musuh-musuh Islam.
Keadaan yang demikian terjadi ialah setelah hampir seluruh daerah Islam dijajah oleh bangsa barat yang anti Islam, dengan berbagai cara yang diantaranya dengan memperalat ummat Islam sendiri, baik yang disebut “ulama” atau raja-raja, sehingga citra Islam ternoda yang pada ujung-ujungnya Islam itu hanya tinggal nama saja di KTP pada sebagian pemeluknya.
Walaupun keadaan yang demikian cukup memprihatinkan, tetapi bagi kita selaku ummat Islam yang hidup di abad ini, seharusnya kita masih bisa memanjatkan puja dan puji syukur dengan mengucapkan “Alhamdulillah” ke Hadhirat Allah SWT, karena sesuai dengan janji Allah SWT didalam Al Qur’an bahwa Allah SWT akan tetap memelihara Agama Islam, Al Qur’an Surat Al Hijr ayat 9)
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya “
Dan sesuai dengan Sabda Rasulullah SW yang neyatakan “ Bahwa di setiap zaman dan tempat yang terjadi penyimpangan dan penyelewengan, maka akan bangkit seorang atau beberapa orang (merupakan suatu golongan) yang gigih berjuang mengkoreksi suatu penyimpangan yang terjadi”.
Dalam sebuah Hadistnya yang lain, Nabi SAW bersabda “ Bumi ini tidak akan kosong (vakum) dari 40 orang yang seperti Khalilur Rahman (Nabi Ibrahim ) karena dengan berkat mereka kamu akan ditolong, bila seorang dari mereka wafat maka pasti akan digantikan oleh Allah dengan yang lain. “ (Hadist Hasan R. Thabrani)
Sabda Rasulullah SAW pula yang berbunyi :
“ Senantiasa akan selalu ada ditengah ummatku golongan yang mempertahankan kebenaran, tidak akan membinasakan mereka oleh orang-orang yang menentang mereka sampai datang ketentuan dari Allah SWT.” ( hadist Riwayat Abu Dawud)
Setiap penyimpangan yang terjadi oleh ummat Islam dalam hal beragama, akan mudah dan gampang dikoreksi dan diluruskan kembali, mengapa? Karena tiada lain ialah kesempurnaan, keotentikannya Dasar Agama Islam itu sendiri yaitu Al Qur’an dan Al Hadist Nabi SAW.
Penyelewengan dalam masalah apa saja, baik mengenai aqidah maupun ibadah, gampang dikoreksi dan diluruskan kembali, karena Allah SWT menjamin akan memelihara Agama Nya.
Diamsalkan kita berjalan disuatu padang yang penuh dengan ranjau, ranjaunya bukan sembarang ranjau, bukan ranjau sebagai alat perang tetapi ranjau yang amat sangat berbahaya yaitu ranjau syirik.
Bila tidak waspada, tanpa disadari bisa terpijak ranjau tersebut. Maka dia akan meledak menghancurkan tubuh berkeping-keping dan melemparkannya kedalam kawah neraka.
Ranjau syirik itu ada dua macam yaitu : syirik khafi dan syirik zhahiri ; khafi artinya tersembunyi dan zhahiri artinya nyata.
Syirik itu bahasa Arabi dengan istilah lain syarkat, yang dalam bahasa Indonesia dengan istilah serikat, artinya sekutu yaitu tidak satu, maksudnya ialah banyak.
Di dunia ini ada agama yang berTuhan dua yaitu agama Persi kuno, Tuhannya yang pertama disebut Ahura Mazda yaitu Tuhan Terang, maksudnya Tuhan yang baik dan Tuhan yang kedua disebut Ahriwan artinya Tuhan Gelap yaitu Tuhan yang jahat.
Kemudia agama yang berTuhan tiga yaitu agama Hindu, mempercayai tiga Tuhan yaitu Brahma, Tuhan pencipta, yang kedua Wisnu yaitu tuhan yang memelihara dan Tuhannya yang ketiga ialah Syiwa yakni Tuhan yang merusak. Kedua agama ini disebut Pantheisme yaitu agama yang bertuhan banyak.
Kemudian agama kita yaitu agama Islam bertuhan hanya satu, yaitu Allah SWT disebut dengan agama Monotheisme.
Dalam aqidah bahwa Tuhannya ummat Islam yang wajib disembah, Dia bernama atau disebut “Allah”. Dasar hukumnya yang menjadi argumen ialah bahwa Dia (Allah) sendiri yang telah memberikan petunjuk dan pengarahan, yang termaktub dalam Kitab Al Qur’an pada Surat Al Ikhlas ayat 1 s/d 4 yang berbunyi :
Katakanlah (olehmu wahai Muhammad) bahwa Dia itu adalah Allah (dan Dia) Maha Esa (Maha tunggal)
Kepada-Nya lah semua makhluk memohon dan meminta.
Dia (Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan
Dan Allah itu tiada ada yang menyerupainya
Firman Allah SWT pada Surat dan ayat yang lain berbunyi :
“ Dan janganlah kamu syarikatkan (sekutukan) ke Esaan Alah itu dengan cara dan apa jua pun”
Allah SWT telah menyatakan dengan tegas melalui Nabi Muhammad SAW bahwa Dia adalah Maha Esa, Tunggal tidak bersyarikat dan tiada bersekutu dengan siapapun, kapanpun dan dalam hal apa jua pun.
Bila Allah SWT bersekutu, bersyarikat atau berkawan (berteman) berarti Dia lemah, padahal Dia Maha Kuasa dan bersifat Serba Maha. Disamping itu, Allah SWT adalah tempat kita memohon (istilah tempat bukanlah berarti Allah SWT mempunyai tempat) Allah SWT Maha Suci dari tempat, bila dikatakan bertempat berarti Dia sama dengan Makhluk, padahal Dia tidak sama dengan sesuatu apa juapun, karena Dia “Laisa ka mistlihi syai-un”. Nah dengan demikian, maka Allah SWT itupun tidaklah beranak dan juga Dia (Allah SWT) tidak dilahirkan.
Allah SWT menciptakan sesuatu apapun tidak memerlukan kompromi dengan siapapun, karena Dia Esa sendirinya Nya, tanpa memakai alat apapun serta tanpa fikir (misalnya oh ini bagaimana) walaupun tudak berkata “Kun” namun bila Dia berkehendak, lalu “Fa Yakuun”, maka jadilah dia, mengapa? Karena Dia Maha Kuasa dan Serba Maha.
Hal yang demikian inilah yang disebut dengan “Esa pada Af‘al”
Pengertian Allah SWT itu Maha Esa ialah ; Esa pada Zat, Esa pada Asma, Esa pada sifat, dan Esa pada Af’al.
Semua ummat Islam wajib mengetahui. Mempelajari dan meyakini Aqidah Islam yang demikian ini kemudian mengamalkannya dalam keseharian, yang tidak terdapat pada ajaran agama lain di dunia ini.
Ajaran agama Islam yang telah disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW telah memberian arahan dan petunjuk secara tekstual yang berbunyi :
“ Tunjukilah kami (ya Allah) jalan yang lurus, yang haq dan benar”
Demikian pula firman Allah SWT yang termaktub dalam Al Qur’an Surat Al Ikhlas yang berbunyi :
“ Allah SWT tempat meminta dan memohon”
Pengertian arahan dan petunjuk dari Allah SWT tersebut adalah bahwa kita ummat Islam disuruh memohon dan meminta petunjuk yaitu jalan yang di Ridhoi Nya dan permohonan tersebut ditujuan hanya kepada Allah SWT bukan kepada yang lain, secara langsung tanpa perantaraan oleh siapapun dan tanpa dalih apapun, misalnya memakai wasilah.
Dalam hubungan antara manusia dengan Allah SWT tidaklah seperti hubungan sesama manusia, misalnya dalam suatu permohonan dengan alasan karena sebagai orang awan tidak kenal dengan Bupati lalu mempergunakan :orang dalam” selaku perantara yang diyakini pasti kalbulnya, padahal belum tentu berhasil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar